Selasa, 10 Juni 2008

Chindianesia: Sebuah impian tentang kebangkitan Indonesia Raya

by: Yodhia Antariksa

Chindianesia – China, India, dan Indonesia. Apa yang akan terjadi jika tiga raksasa Asia ini bersatu erat dan bersama-sama mengepakan sayapnya? Impian tentang Kejayaan Asia Raya yang dipekikkan puluhan tahun silam oleh Nehru, Soekarno dan Paman Mao mungkin akan benar-benar menjadi kenyataan yang teramat indah. Inilah impian tentang kejayaan Asia Raya dalam dinamika ekonomi global – dan sebuah hasrat terpendam untuk merobohkan dominasi Amerika dan Eropa yang telah ratusan tahun menguasai peradaban dunia.

Dan aha, impian itu ternyata kian dekat menjadi kenyataan. Simaklah prediksi dari Goldman Sach, sebuah lembaga keuangan terkemuka, berikut ini : pada tahun 2025, ekonomi Indonesia diprediksi akan berada pada peringkat 14 dunia, melibas Kanada. Dan pada tahun 2050, ekonomi China akan menjadi nomer satu dunia, ekonomi India menjadi nomer tiga, dan ekonomi Indonesia menjadi nomer tujuh dunia. Pada tahun itu, ekonomi Indonesia akan mengalahkan ekonomi Jepang, Inggris, dan Jerman.

Kisah kebangkitan ekonomi China dan India berangkali memang telah menjadi legenda. Sebuah kisah kesuksesan yang dilentikkan oleh kebijakan ekonomi nan brilian, dan juga ditopang oleh sumber daya alam yang melimpah serta mutu SDM yang solid. Setelah kejayaan Jepang dan Korea Selatan, maka banyak orang bilang bahwa kedahsyatan masa depan Asia akan dirajut oleh China, India, dan Indonesia.

Oleh Indonesia? Ya, sebab seperti yang diprediksikan oleh Goldman Sach diatas, negeri Katulistiwa ini juga memiliki masa depan yang amat cerah. Saya sendiri percaya bahwa republik ini suatu saat akan menjadi bangsa besar. Someday, our country will become one of the best nations on earth. A great nation with great future.

Pertanyaan konkritnya kemudian adalah : lalu dengan apa kira-kira Indonesia bisa menjadi penguasa dunia. Jawabannya ternyata simpel dan tidak heroik: dengan karet dan kelapa sawit. Sorry to say, ditengah segala perbincangan tentang era digital, information-based economy, dan blah, blah lainnya, dua komoditi kuno itulah yang paling punya potensi untuk membawa Indonesia menaklukkan dunia. Dan kini, ditengah booming komoditi di segenap penjuru dunia, posisi Indonesia dalam panggung ekonomi dunia bisa kian berkibar.

Indonesia, kita tahu, adalah produsen karet nomer dua di dunia (setelah Thailand), dan beberapa tahun lagi akan menjadi menjadi nomer SATU. Lihatlah, mobil Toyota, Jaguar, BMW atau Mercedes yang berseliweran di jalanan kota Jakarta, Paris, Tokyo, atau New York, maka hampir pasti ban roda mobil itu dibikin dari karet para petani di Sumatera. Produksi karet dari negeri kita merupakan salah satu pemasok terbesar bagi produsen ban raksasa yang kemudian dipakai oleh seluruh produsen mobil dunia. Kalaulah seluruh produsen karet Indonesia memberhentikan pasokannya secara serentak, percayalah, industri otomotif sedunia bisa kolaps dalam sekejap. Dan dalam hitungan bulan, pabrik mobil Toyota atau Mercedes Benz di seluruh dunia mungkin bisa limbung.

Lalu kelapa sawit? Kini Indonesia merupakan produsen nomer SATU dunia. Pabrik Unilever global – bukan hanya yang di Indonesia – sangat bergantung dengan pasokan kelapa sawit dari Kalimantan dan Sumatera. Sabun Dove dan Lux, yang mendominasi kamar mandi jutaan orang di seluruh dunia, tak mungkin bisa dibuat tanpa kelapa sawit. Kalau semua produsen kelapa sawit Indonesia memberhentikan pasokannya ke Unilever Global, maka dalam hitungan hari, sabun Dove dan Lux bisa lenyap dari peredarannya di seluruh pasar dunia.

Pesannya jelas : dengan bekal komoditi alam yang berlimpah, seperti karet, kelapa sawit, bubur kayu (pulp), ikan laut (laut kita salah satu yang terbesar di dunia), biji kopi, dan kokoa, negeri ini akan dapat menjadi negeri hebat di masa – masa mendatang. Apalagi jika kita juga menghitung produk dari migas seperti nikel, batubara, gas dan biji besi.

Oke negeri ini memang tengah didera dengan seribu satu persoalan, namun ini semua mestinya tidak membikin kita pesimis, dan lalu membuncahkan berderet keluhan. Sebab, seperti yang penah kita bahas disini, pola pikir semacam ini mungkin justru akan benar-benar membawa kita semua dalam lorong kegelapan tak berujung. Ditengah beragam tantangan yang amat pelik, kita yakin negeri ini tetap memiliki potensi untuk menjadi bangsa besar – persis seperti yang diprediksikan di depan oleh Goldman Sach.

100 tahun silam, para anak muda Indonesia mendeklarasikan kebangkitan negeri ini dengan gagah berani dan spirit optimisme yang membuncah. Kita percaya dalam 100 tahun ke depan, negeri ini akan benar-benar merengkuh kejayaan yang hakiki dalam blantika ekonomi global. Bersama China dan India, kita yakin, Indonesia akan menjadi trio lokomotif bagi kebangkitan Asia Raya.

Kita bangga menjadi manusia-manusia Indonesia. Dan dengan spirit memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional, saya ingin mengajak Anda semua sejenak menundukkan kepala dan hati, demi memanjatkan syukur dan terima kasih kepada sang ibu pertiwi yang telah melahirkan kita semua di bumi nusantara ini.

Majulah Indonesiaku. Jayalah Negeriku. Dan Bangkitlah Asia Raya !!

Tidak ada komentar: